Selasa, 18 November 2008

Media dan Sumber Belajar

MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

A. Pengertian Media dan Sumber Belajar
Proses pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks namun terkontrol untuk mencapai tujuan tertentu. Kompleksitas tersebut dikarenakan tidak hanya mengelola benda-benda atau sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran. Melainkan yang terpenting adalah adanya keterlibatan unsur manusia (siswa) sebagai subjek utama yang menjadi tujuan perubahan dalam pembelajaran. Dan oleh karena itu, keberhasilan proses pembelajaran akan bergantung pada berbagai komponen yang terlibat di dalam proses tersebut. Salah satu komponennya adalah media. Media pembelajaran tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh suatu kenyataan bahwa pelaksanaan pendidikan tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada media.
Secara Harfiah Media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan ’Media’ sebagai bentuk jamak dari kata ”medium” secara harfiah diartikan sebagai perantara atau pengantar. Dan media yang dimaksudkan adalah media yang digunakan sebagai alat, bahan dan sumber dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, maka media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan pembelajaran dari pengirim ke penerima pesan. Pengirim pesan dalam proses pembelajaran biasa dikenal dengan sebutan guru, dan penerima pesannya disebut dengan murid atau dengan sebutan sejenis lainnya dalam profesi yang berbeda, dan yang dimaksud pesannya adalah materi atau informasi pembelajaran yang hendak disampaikan.
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang media, di antaranya adalah sebagai berikut:
· Good, mengatakan bahwa media adalah anything intervening, such as carrier or transmitter in communication
· AECT, mengartikan media adalah segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi.
· NEA, mengartikan media adalah sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.
· Gagne (1970), mengartikan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
· Briggs (1970), mengartikan media adalah alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya proses belajar terjadi.
· Anderson, mengartikan media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan siswa.
Dalam pengertian yang luas, Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswaDari beberapa definisi tersebut di atas, maka media secara luas, dapat artikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa (Miarso, 2004:457). Dan dengan demikian, jika dikaitkan dengan pembelajaran PAI maka yang dimaksud media pembelajaran PAI adalah segala sesuatu (baik berbentuk alat cetak, non cetak maupun bentuk lainnya) yang dapat digunakan untuk melakukan proses transmisi pesan-pesan pembalajaran bagi siswa yang sedang mempelajari materi PAI agar terjadi proses belajar dalam dirinya secara efektif dan efesien serta menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran PAI dapat tercapai dengan baik. Makna menyenangkan disini dimaksudkan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran PAI hendaknya menumbuhkan semangat belajar yang tinggi dan menggairahkan serta tidak membosankan.
Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, meskipun dalam kadar yang berbeda-beda. Perkembangan media menurut Ashby (1972:9) telah menimbulkan empat revolusi dalam dunia pendidikan. Revolusi pertama, telah terjadi beberapa puluh abad yang lalu, yaitu pada saat orang tua menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada orang lain yang berprofesi sebagai guru, revolusi kedua, terjadi dengan digunakannya bahasa tulisan sebagai sarana utama pendidikan; revolusi ketiga, timbul dengan tersedianya media cetak yang merupakan hasil ditemukannya mesin dan teknik percetakan; dan revolusi keempat berlangsung dengan meluasnya penggunaan media komunikasi elektronik (Miarso, 2004:456).
Dari gambaran di atas, jelaslah bahwa media sebagai sarana dan sumber pembelajaran selalu terjadi perubahan-perubahan seiring dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan kebutuhan serta hasil temuan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, tidaklah bijak apabila pengelolaan pembelajaran tidak berusaha melakukan perubahan-perubahan dalam penggunaan medianya atau menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan di mana proses pembelajarannya tersebut terjadi.
Sementara itu, pengertian sumber belajar menurut AECT (1977) meliputi semua sumber (data, orang, bahan dan barang) yang dapat digunakan oleh si belajar baik secara terpisah –pisah maupun dalam bentuk gabungan dari berbagai sumber, biasanya dalam situasi informal, untuk memberikan kemudahan belajar (Sadiman, 1994). Dalam arti luas, sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Sumber-sumber belajar itulah yang memungkinkan kita berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak terampil menjadi terampil. Sehingga pencarian ilmu pengetahuan tersebut tidak harus “dipaksa” ibarat harus meminum pil pahit dari satu sumber, yaitu guru saja melainkan juga dari sumber-sumber lainnya sesuai dengan konteks tujuan dan kebutuhan kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Edgar Dale (Rohani, 1992) menyatakan bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami, yang dapat menimbulkan peristiwa belajar. Maksudnya ada perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai yang telah ditentukan.


B. Fungsi dan Kegunaan Media dan Sumber Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks. Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda dan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang unik untuk belajar. Upaya dalam kegiatan pembelajaran adalah bagaimana mendorong setiap peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. Aktivitas tersebut tidak akan terjadi, apabila ia tidak memiliki motivasi untuk belajar. Dalam upaya membangkitkan motivasi belajar, media mempunyai peranan yang besar. Rasa ingin tahu, rasa ingin memahami dan berhasil (competency drive) yang ada dalam diri siswa dapat dimunculkan apabila guru menggunakan media dalam penyajian materi pembelajarannya.
Mengapa media diperlukan dalam pembelajaran? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan tersebut berupa isi atau materi pelajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata & tulisan) maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding. Dalam proses penafsiran tersebut, ada kalanya berhasil, dan adakalanya tidak. Kegagalan atau ketidak berhasilan dalam memahami apa yang didengar, dibaca, dilihat atau diamati dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noice. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima.
Hasil penelitian Brown (1977) menunjukkan bahwa : (1) penggunaan gambar dapat merangsang minat dan perhatian siswa, (2) gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat, membantu siswa memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya. Demikian juga hasil penelitian Wilbur Schramm (1973) menunjukkan bahwa siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari medium apa saja, jika media itu dipakai menurut kemampuannya dan disesuaikan dengan kebutuhannya (Karti, dkk: 1995:115). Oleh karena itu ada beberapa fungsi dari media. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
· Media dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (penyajian yang hanya menggunakan kata lisan atau tulisan dari guru)
· Media dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dikarenakan:
§ obyek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model
§ obyek yang terlalu kecil, dapat dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar
§ gerak yang terlalu lambat atau cepat, dapat dibantu dengan timelapes atau high-speed photography
§ kejadian atau peristiwa di masa lampau bisa diampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto
§ obyek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain
§ konsep yang terlalu luas, dapat divisualkan dalam bentuk film, gambar dan lain-lain.
· Media dapat meningkatkan kreatifitas dan keaktifan belajar, karena:
· ada kegairahan belajar
· memungkinkannya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya
· memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya
· Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman karena adanya perbedaan karakteristik pada siswa sehingga media dapat memberikan keseragaman pengalaman, persepsi dan memberikan perangsang yang sama.
Fungsi-fungsi media tersebut dapat kita lihat dari diagram kerucut pengalaman atau cone of experience and learning dari Edgar Dale, yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan:



Menurut Kemp and Dayton (1985) penggunaan media dalam pembelajaran memiliki beberapa kontribusi sebagai berikut:
· Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
· Pembelajaran dapat lebih menarik
· Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
· Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
· Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
· Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
· Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
· Peran guru berubahan kearah yang positif
Pembelajaran dengan menggunakan media akan dapat meningkatkan daya ingat siswa lebih tinggi. Sebagaimana pendapat Rose dan Nicholl (1997 ) bahwa pengetahuan seseorang adalah diperoleh melalui:
¢ 20% dari apa yang DIBACA
¢ 30% dari apa yang kita DENGAR
¢ 40% dari apa yang kita LIHAT
¢ 50% dari apa yang kita KATAKAN
¢ 60% dari apa yang kita KERJAKAN
¢ 90% dari apa yang kita BACA, DENGAR, LIHAT, KATAKAN, dan KERJAKAN sekaligus.
Dan Mahmud Yunus berpendapat dalam kitab التربية والتعليم(1942:78) bahwa fungsi media adalah :
انهااعظم تاثيرا فىالحواس واضمن الفهم فماراء كمن سمع
Maksudnya : Bahwasanya Media Pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih menjamin pemahaman……… Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama pemahamannya dan lamanya bertahan pemahaman yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya.

Sementara menurut Ibrahim (1996:432) bahwa media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:
علىتثبيت الحقائق فىادهان التلاميد انهاتحيىالدرس تجلب السرور لتلاميد وتجدد نشاطهم انهاتساعد
”….. membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka….membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran…..”

Menurut Levie & Lentz (1982) bahwa penggunaan media visual dalam pembelajaran memiliki 4 (empat) fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Atensi, yaitu media visual dapat menarik dan mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau teks materi pelajaran.
2. Fungsi Afektif, yaitu media visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa dari apa yang dilihatnya. Seperti melihat informasi menyangkut masalah social atau ras.
3. Fungsi Kognitif, yaitu media visual dapat mempermudah pemahaman dan mengingat informasi yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi Kompensatoris, yaitu media visual dapat membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks untuk mengingatnya kembali
Di dalam penggunaannya, media harus disesuaikan dengan karakteristik individu peserta didik, karena setiap individu memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang mendorong kepada setiap pendidik untuk dapat menyesuaikan dengan karakter dan kemampuan peserta didik tersebut. Menurut Gardner (1983) terdapat delapan kemampuan jamak pada manusia, yaitu:
1. Kemampuan Linguistik (Kemampuan kepekaan terhadap bunyi, ritme dan kata-kata)
2. Kemampuan Matematik Logis (kemampuan untuk mendeteksi pola logik dan numerik, mampu menangani alur pemikiran logik)
3. Kemampuan Musik (Mampu menghasilkan dan tertarik pada titik nada, ritmem melodi dan suara indah, memahami ekspresi musik)
4. Kemampuan Visual Spatial (Kemampuan mentransformasikan persepsi dan merekonstruksi ulang pengalaman visual)
5. Kemampuan Kinestetik Fisik (kemampuan menggunakan keterampilan dan menangani sesuatu yang memerlkukan keterampilan fisik)
6. Kemampuan Inter Personal (kemampuan mendeteksi dan merspon suatu hati, temperamen dan motivasi seseorang)
7. Kemampuan Intra Personal (kemampuan analisis diri, merefleksi diri dan kemampuan menilai orang lain)
8. Kemampuan Naturalis (kemampuan mengenal flora dan fauna, dan mencintai alam)
Kemampuan tersebut merupakan potensi otak yang dimiliki oleh setiap manusia sebagaimana gambar berikut:
Gambar 2: Delapan Kemampuan Jamak Manusia (Gardlner)

Media dan Sumber-sumber belajar sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, jika digunakan dengan baik maka akan dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam rangka memfasilitas pencapaian tujuan dari kegiatan pembelajaran. Menurut Karti, dkk (1995) ada beberapa manfaat dari sumber belajar tersebut, antara lain :
· Mamberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik. Misalnya karyawisata ke objek-objek, seperti pabrik, pelabuhan, kebun binatang, dan lain-lain yang digunakan sebagai sumber untuk belajar konkret oleh siswa.
· Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung dan konkret. Misalny, denah, sketsa, foto-foto, film, dan sebagainya.
· Dapat menambah dan memperluas cakrawala yang ada di dalam kelas. Misalnya; buku-buku teks, film, nara sumber, majalah dan lain-lian.
· Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru. Mislanya buku-buku bacaan, encyclopedia, majalah.
· Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan, baik dilingkup mikro maupun makro. Misalnya, secara makro, sistem belajar jarak jauh, memlalui modul. Secara mikro, pengauran ruang (lingkungan) yang menarik, simulasi, penggunaan film, dan OHP.
· Dapat membrikan motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.
· Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut. Misal, buku teks, buku bacaan, film dan lain-lain yang mengenadung daya penalaran sehingga dapat merangsang peserta didik untuk berfikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut.
Secara garis besar sumber belajar tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
· Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan intruksional dapat tercapai secara maksimal.
· Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap prilaku sesuai dengan tujuan yang ada.
Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang dimanfaatkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
· Tidak terorganisasi dan tidak sistematis baik dalam bentuk maupun isi..
· Tidak mempunyai tujuan instruksional yang eksplisit.
· Hanya dipergunakan menurut keadaan dan tujuan tertentu atau secara insidental.
· Dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan instruksional.
Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.
Penggunanaan sumber belajar adalah erat kaitannya dengan pemikiran agar pembelajaran yang dilakukan oleh para pengajar itu dapat membuat siswa aktif, responsif dan tepat dalam mencari, menemukan, menganalisis, menyimpulkan dan melaporkan hasil belajarnya. Keinginan yang demikian tentunya tidak berlebihan jika ada pandangan bahwa tujuan pembelajaran yang semacam ini hanya akan dapat terlaksana dan tercapai dengan baik apabila adanya daya dukung sumber-sumber belajar yang memadai.
Sumber-sumber belajar termasuk sumber belajar yang ada di luar gedung sekolah tentunya harus dapat dikelola dengan baik oleh “tangan-tangan” halus yang kreatif dan inovatif. Dalam konteks pembelajaran, pendayagunaan sumber belajar dengan seoptimal mungkin adalah suatu keniscayaan. Karena efektifitas suatu pembelajaran juga ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam mendayagunakan sumber belajar tersebut. Kemauan dan kemampuan mendayagunakan sumber belajar tidak hanya berguna untuk kepentingan akademik semata, melainkan juga untuk keterampilan umum yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendayagunaan atau pemanfaatan sumber belajar tersebut di atas, hendaknya pula dilakukan secara terencana dan sistematis agar dihasilkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efesien. Sebab, sumber belajar sebagai komponen penting dalam pembelajaran sangat besar manfaatnya dalam usaha pencapaian misi pendidikan. Karena pendidikan yang menggunakan media dituntut untuk menarik (artistik), informatif dan menghibur. Informasi lewat media juga dituntut agar bersifat edukatif, menarik dan menghibur. Demikian juga pertunjukan atau hiburan yang disajikan melalui media dituntut untuk pula untuk mengandung unsur edukatif dan informatif.

C. Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan sistem. Media merupakan bagian dari komponen sistem pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, media bukan hanya dipandang sebagai alat peraga atau alat bantu dalam mengajar bagi guru, dan bukan pula sebagai selingan mengajar, tetapi media merupakan bagian yang tak terpisahkan dari setiap kegiatan pembelajaran. Karena ia berperan sebagai pembawa atau penyaji informasi pembelajaran yang dibutuhkan siswa dan sekaligus sebagai sumber pembelajaran. Dengan demikian, maka jelaslah kedudukan media dalam pembelajaran merupakan factor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri.
Menurut Yusufhadi Miarso (1984:100) penggunaan media dalam pembelajaran janganlah sekedar dianggap sebagai upaya membantu guru yang bersifat pasif, artinya yang penggunaannya semata-mata ditentukan oleh guru. Melainkan merupakan upaya membantu anak-anak untuk belajar, kalau perlu dengan cara individual (berinteraksi seara individual dengan media) dan secara berkelompok kecil dengan sesama teman kelas. Hal ini dapatlah dipahami bahwa media merupakan suatu sistem dalam pembelajaran itu sendiri. Sistem adalah sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan(Pannen, 2005:5)

Gambar 3 : Belajar dengan Media

Komponen-komponen sistem dalam pembelajaran dapat diilustrasikan ke dalam gambar sebagai berikut:


Gambar 4 : Komponen Sistem Pembelajaran





D. Jenis-jenis Sumber Belajar
Sumber-sumber Belajar
· Pesan (Messages)
· Orang (People)
· Bahan (Materials)
· Alat (Devices)
· Teknik (Teqnique)
· Lingkungan (Setting)Ada berbagai jenis sumber belajar. Sumber-sumber itu meliputi pesan (messages) yaitu informasi yang ditransmisikan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan kata, orang (people) yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengelola dan penyaji pesan, bahan (materials) yang perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan memlalui penggunaan alat atau oleh dirinya sendiri, peralatan (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan teknik (tekniques) yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Contoh belajar permainan simulasi, belajar terprogram, demontrasi, dan lain-lain, dan latar (setting) yaitu situasi sekitar dimana pesan disampaikan, lingkungan bisa bersifat fisik (gedung, sekolah, perpustakaan, laboratorium auditorium, taman, dan lain lain) maupun non fisik (suasana belajar, dan lain lain).
Komponen-komponen sumber belajar yang tersebut di atas digambarkan oleh Sadiman, dkk, (1994) dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1: Komponen Sumber Belajar
Sumber/Komponen
Definisi
Contoh
Pesan
Informasi yang akan disampaikan oleh komponen yang lain; dapat berbentuk ide, fakta makna dan data
Berbagai jenis bidang studi/materi pelajaran misalnya: sejarah, hukum, kejuaran dunia olah raga, perubahan kata kerja “to be”
Orang
Orang-orang yang bertugas menyimpan dan atau menyalurkan pesan
Guru, siswa, aktor, pembicara
Bahan
Barang-barang (biasa disebut Media atau perangkat lunak) yang biasanya menyimpan pesan untuk disalurkan melalui peralatan, kadang-kadang dapat jiga menyhajikan pesan tanpa bantuan peralatan
Transparansi, film bingkai, pita video, bahan pengajaran terprogram, program komputer, buku, jurnal
Alat
Barang-barang (yang biasa disebut perangkat keras) yang digunakan untuk menyalurkan pesan yang tersimpan pada bahan
Proyektor Transparansi (OHP), Video recorder, pesawat televisi, radio tape recorder, peralatan komputer, unit untuk penyaji informasi
Teknik
Prosedur rutin atau pedoman langkah-langkah menggunakan bahan, peralatan, lingkungan dan orang yang menyampaikan pesan
Komputer pembantu pembelajaran; pembelajaran terprogram, simulasi, permainan, belajar menyelidik dan menemukan, pengajaran oleh tim, pembelajaran individual, pembelajaran suai-diri, pembelajaran kelompok, kuliah, ceramah, diskusi
Latar
Lingkungan di mana Pesan diterima
Lingkungan Fisik:
Gedung Sekolah, Pusat, Bahan Instruktur, Perpustakaan, Studio, Ruang Kelas, Auditorium.
Lingkungan Non Fisik:
Penerangan, sirkulasi udara, tata suara (akustik)

Dari beberapa jenis sumber belajar tersebut di atas, dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok jenis sumber belajar, yaitu :
1. Sumber belajar yang didesain (by design) yaitu sumber-sumber yang secara khusus dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional yang diharapkan dapat membantu kemudahan kegiatan belajar yang bersifat formal dan mempunyai tujuan tertentu. Sumber belajar jenis ini memerlukan keterampilan dan keahlian khusus dari guru sebagai perancang pembelajaran.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization) yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diterapkan dan digunakan untuk keperluan belajar. Sumber belajar jenis ini biasanya dapat ditemui di pasaran atau toko-toko buku yang dapat dibeli untuk memenuhi kepentingan proses pembelajaran.

Dalam konteks teknologi instruksional (pembelajaran), sumber belajar merupakan “komponen sistem instruksional” yang merupakan sumber-sumber belajar yang disusun terlabih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan, dan dikombinasikan menjadi sistem instruksional yang lengkap, untuk mewujudkan terlaksananya proses belajar yang bertujuan dan terkontrol. Dan oleh karenanya, suatu kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuan pembelajarannya jika melibatkan komponen sumber belajar secara terencana. Sebab sumber belajar adalah sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya dalam membantu keberhasilan proses belajar mengajar.

Tidak ada komentar: